Setelah acara silaturahmi perayaan Imlek yang diselenggarakan tanggal 21 Februari lalu selesai, para murid Indonesia dengan sigap segera membereskan ruangan lalu mengatur tempat duduk kemudian dengan tenang menunggu pembawa acara memanggil Ketua Dewan Pengawas, Guru Zhu alias Pak Sabar, naik keatas panggung untuk memberikan pidato awal tahun kepada calon murid baru Indonesia menjelang pembukaan kelas baru tanggal 28 Februari.
Kata pembuka pertama Guru Sabar Zhu begitu naik keatas panggung, “Kalian semua sudah kenal saya kan?”, disambut dengan penuh tawa seisi ruangan. “Nama Pak Sabar, dalam bahasa Indonesia artinya yaitu orang yang sabar. Padahal sebenarnya kelemahan terbesar diri saya adalah kesabaran, karena itu saya justru memilih nama Sabar, supaya terus ingat (utk bersabar)”, demikian seloroh Guru Sabar Zhu lebih lanjut.
“Setiap kali saya berbicara mengenai ilmu BSM maupun Dong Yi Gong (baca : tung yi kung), itu semua sesuai dengan perkataan ataupun maksud dari Guru Besar Guo, tidak pernah sekalipun berani bicara sembarangan atau bahkan menambah-nambahi sendiri. Kalaupun ada perkataan yang berasal dari pendapat pribadi, saya pasti katakan, ‘ini adalah omongan saya, kalau salah maka saya sendiri yang tanggung!’”, ungkap Guru Sabar Zhu dengan penuh maksud. Beliau berkata demikian karena belakangan ini para murid Indonesia melaporkan bahwa ada sebagian orang diluaran sana yang melakukan tindakan ‘makar’ dengan berusaha menarik para calon murid baru untuk masuk dan mengikuti ilmu ‘BSM’ versinya, bahkan hingga mencemarkan nama baik dengan mengatakan bahwa 3396815 adalah mantra agama tertentu, dan seterusnya. Sungguh, mau berbuat baikpun pasti ada berbagai tentangan arus yang menguji kita.
Guru Sabar Zhu lalu bertanya satu per satu kepada para calon murid baru yang tunjuk tangan mendaftar sendiri, apakah ada diantara mereka yang datang untuk belajar dengan paksaan dari orang lain? Para calon murid baru semua seragam mengatakan bahwa mereka masuk atas keinginan sendiri untuk belajar mencari ilmu.
HKZNHS telah melatih para murid Indonesia selama hampir 10 tahun. Guru Sabar Zhu mengatakan bahwa di tahun-tahun awal Beliau belumlah berani menepuk dada menjanjikan apa-apa, tapi sekarang setelah sekian banyak fakta, terlebih lagi setelah baru saja dibawah panggung mendengar kisah pengalaman menerapi dari Kasiroh, seorang murid yang baru lulus pelatihan tahun pertama, Beliau katakan berani menjamin bahwa jika para murid mau bekerja keras, serius belajar, maka setelah lulus dari pelatihan BSM tidak saja memiliki badan sehat, tapi juga bisa membantu menyehatkan orang lain, pulang ke kampung halaman sebagai juru terapi. Guru Zhu lebih lanjut menceritakan, “Kasiroh adalah contoh yang baik. Sewaktu awal dia masuk belajar, separuh mukanya lumpuh sebelah, begitu latihan Tung Yi Kung keluar keringat dingin.. Sekarang dia sudah bisa membantu majikan mengobati penyakit beratnya, juga menyehatkan anggota keluarga, saudara, dan teman-teman majikannya. Beberapa kali saudara majikannya sewaktu ketemu dengannya kasih ‘angpao’ 100 dolar sebagai ungkapan rasa terima kasih mereka. Majikannya pun di rumah memanggil Kasiroh dengan panggilan ‘shifu’ (guru).” Kasiroh telah mendapat banyak pengalaman hidup, kisahnya mengajarkan kita akan satu hal, bahwa mencari uang bukanlah yang terpenting, akan tetapi badan yang sehat, kemampuan menolong orang lain, mendapat penghargaan serta penghormatan dari orang lain, itu barulah hal yang paling bernilai. Bukankah ini contoh yang baik akan sebuah keberhasilan mengubah nasib?
Selama hampir 10 tahun belakangan, Guru Liu Hua Jian (Pak Lau) dengan sukarela mengorbankan waktu istirahatnya sendiri setiap hari Minggu untuk mengajar dan melatih para murid Indonesia di kantor Hong Kong Zhi Neng, hal ini sungguh membuat orang salut. Kerjasama dan kerja keras para Guru dan Murid ini terbayarkan dengan keahlian para murid untuk menolong mereka yang sakit, menjadi Juru Terapi sepulangnya mereka ke kampung halaman masing-masing dengan terpatri slogan ‘bukan dokter tapi lebih dari dokter’ mengabdi pada masyarakat, bangsa dan negara. Ini adalah tugas dan pe-er kita semua sebagai murid dari Guru Besar Guo untuk dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh umat manusia.
Berbicara mengenai majalah ‘Yang Sheng Tian Di’ terbitan ke-74 di artikel “Laporan Cuti Pulang Kampung Halaman” yang ditulis oleh Rohana, Guru Sabar Zhu secara blak-blakan mengatakan bahwa Rohana adalah contoh yang harus ditiru oleh seluruh murid. Sebenarnya sewaktu cuti pulang kampung Rohana lebih sengsara daripada saat kerja di Hong Kong karena sedari pagi rumahnya sudah banyak didatangi pasien yang antri ingin minta diterapi, bahkan tidak sedikit ada pasien yang datang dari jauh. Pagi menerapi pasien, sorenya pun Rohana mengajak para tetangga untuk berlatih Tung Yi Kung bersama-sama, hampir setiap hari kesibukan seperti ini dilakukannya hingga larut malam. Prestasi Rohana sangat bagus, banyak pasien telah dibantu disembuhkan sehingga para penduduk kampung sangat menghormati dan menyayanginya, hasil jerih payah ‘angpao’ yang diperolehnya tidak lebih sedikit dari gaji yang diperolehnya bekerja di Hong Kong.
Guru Sabar Zhu berkata, “Rohana sedikitnya telah mempraktekkan moto ‘lupakan diri sendiri’, karena ia tidak perhitungan, tidak pusing soal pendapatan, bersedia mengorbankan kesenangan dirinya sendiri di waktu libur cuti, mempunyai tingkat kesadaran dan rasa urgensi untuk menolong penduduk sekitar mengatasi derita sakit mereka. Prestasi keberhasilan yang menyebar hingga keluar daerah membuat satu per satu orang dari jauh berdatangan untuk minta diterapi, dan yang paling membahagiakan adalah setiap pasien yang datang berobat memperoleh kemajuan dalam kesembuhan. Perbedaan yang jauh sekali, bagai langit dan bumi, dengan para murid lama sebelumnya yang mana setelah pulang ke kampung halaman mereka masih harus mencari-cari pasien ataupun menunggu pasien datang. Meskipun sekarang Rohana berada di Hong Kong, namun para penduduk kampungnya di Indonesia masih berkumpul untuk latihan Tung Yi Kung bersama. Guru Sabar Zhu memberikan masukan langkah pertama yang harus dilakukan setelah masa kontrak kerja Rohana habis dan kembali ke kampung halaman adalah mencari beberapa orang yang mau susah, sanggup kerja keras, bersedia serius belajar, untuk dilatih dan diajari teknik BSM ini dengan gratis terlebih dahulu, kemudian mengenalkan mereka kepada pasien sampai mereka dapat mandiri dan menerapi pasien sendiri dengan teknik yang telah dipelajari, setelah demikian baru sebagian pendapatan yang dihasilkan dibagi ke Rohana sebagai pengganti biaya belajar dan mengenalkan pasien.
Dengan cara seperti ini nantinya akan dapat membangun sebuah Kampung Terapi. Saat semua orang telah mandiri mempunyai pendapatan sendiri dan taraf kehidupan meningkat, maka bisa mengirimkan anak-anaknya ke Shi Jia Zhuang untuk mengikuti pelajaran di Pusat Pelatihan Pijat Hong Tu. Setelah itu langkah berikutnya adalah bersama-sama mendirikan sebuah Rumah Sehat, yang mana didalamnya menyediakan akomodasi untuk pasien menginap, ada kantin tempat makan, ada bagian yang bertugas mengantar jemput, ada yang khusus menerapi pasien, ada yang mengajar pelatihan sambil terus mengembangkan BSM hingga menyebar ke seluruh pulau Sumatra. Mewujudkan cita-cita agar semua penduduk memiliki pekerjaan, agar semua orang yang mengabdikan dirinya di BSM ini terjamin hingga di hari tuanya nanti. Guru Sabar Zhu yakin bahwa ini adalah impian dari Guru Besar Guo yang belum sempat terwujud.
Dilihat dari beberapa tahun ini para murid Indonesia berinisiatif menawarkan diri bekerja membantu persiapan untuk acara Silaturahmi perayaan Imlek, Guru Sabar Zhu mengatakan Beliau telah melihat kemampuan para murid Indonesia dengan ungkapan “we can do it”. Secara bertahap mereka telah berkembang dan matang, terlihat dari beberapa aspek sebagai berikut:
- Memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah (problem solving ability)
- Memiliki kemampuan untuk memimpin (leadership ability)
- Memiliki kemampuan untuk mengajar dan mengembangkan orang lain (regeneration ability)
- Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi (communication ability)
“Sejujurnya, melatih seorang juru terapi adalah target terendah kami. Tujuan yang tertinggi adalah bagaimana caranya agar dapat menelurkan pemimpin-pemimpin untuk BSM, ini seperti yang diinginkan oleh Guru Guo Yang Ling (Guru Guo San), yakni mereka yang tidak hanya bisa menerapi pasien tetapi juga bisa menceritakan dan mengajar teknik pengobatan BSM ke banyak orang. Hanya dengan demikianlah BSM baru bisa menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia.”, begitu menyelesaikan kalimat ini, Guru Sabar Zhu kemudian menyemangati kembali para murid Indonesia bahwa mereka tidak salah datang ke tempat ini, disinilah tempat mereka bisa mengali ilmu dengan sedalam-dalamnya.
Sewaktu Guru Sabar Zhu turun dari panggung, pembawa acara bertanya kepada seluruh murid yang hadir, “Apa kabarnya?”, lalu dijawab dengan sigap dan serempak oleh para murid. “Luar biasa!”. “Semangat selalu kawan-kawan!”
Semoga Perkumpulan Hong Kong Zhi Neng selalu menjadi pelopor yang abadi dalam sejarah. Salut kepada seluruh sahabat yang terus mengabdi demi misi menyebarkan BSM ke seluruh dunia guna memberikan manfaat kepada seluruh umat manusia. Manusia berbuat, Tuhan melihat, kontribusi yang kalian berikan akan selalu terukir indah di dalam hati para anggota kita semua.
(Penulis : Ji Zi杞子 – 2016.02.23; diterjemahkan oleh : Yessy宝)