Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun ini saya tetap mendapatkan kehormatan besar untuk ikut menghadiri Syukuran Tahun Baru Imlek, Tahun Kuda yang diselenggarakan HKZN. Begitulah pada tanggal 9 Februari, hari Minggu kemarin ini, saya hampir jam 11 pagi sudah tiba di Kantor Pusat HKZN di North Point. Ruang sudah cukup penuh hadirin dan sebagian besar adalah sahabat-sahabat dari Indonesia, mereka adalah TKW (Tenaga Kerja Wanita) asal Indonesia yang bekerja di Hongkong dan tentunya adalah siswa HKZN. Saya kira juga tidak salah dikatakan sebagian besar diantara mereka pagi itu mengenakan jilbab, pertanda Muslimah yang pandai merebut kesempatan untuk belajar di Hongkong membekali diri lebih baik sesuai dengan kebutuhan dikampung kelak.
Ditengah-tengah banyak orang menjadi heboh dan gempar, melangsungkan demo menunjukkan kemarahan dan protes adanya majikan Hongkong yang menganiaya Erwiana, TKW asal Seragen, Indonesia. Banyak orang tercengang dan tidak sangka di Hongkong, kota metropolitan modern yang selama ini dikenal sebagai pelayanan dan perlakuan terhadap buruh migrant terbaik, ternyata bisa terjadi penganiayaan terhadap Erwiana dengan begitu kejamnya, …! Tetapi, syukuran Imlek di HKZN selama belasan tahun ini justru tetap menunjukkan suasana sejuk, selalu memanifestasikan kedekatan, persahabatan dan keharmonisan antara TKW dengan Murid/Guru Tionghoa. Mereka setiap Tahun bersama-sama melangsungkan syukuran Tahun Baru Imlek dengan penuh kehangatan dan meriahnya. Dan, … syukuran ini ternyata dilangsungkan dengan sepenuhnya didanai oleh para siswa sendiri secara gotong royong. Sungguh luar biasa, …! Demikian puji bung Sabar Zhu, ketua HKZN.
Siswa yang baru saja menyelesaikan Kursus Kilat bersama Guru HKZN
Rupanya tahun ini adalah tahun ke-15 HKZN (Hong Kong Zhi Neng Health Society), dan tentu selama 15 tahun ini HKZN telah menempuh perjalanan susah- payah mengembangkan usaha penyembuhan kesehatan melalui ajaran BSM (Body Space Medicine) dan atas dasar ajaran “ketulusan berprofesi sebagai dokter“, memprakarsai doktrin: “Meditasi, Budidaya, Moralitas dan Tanpa pamrih”. Untuk itu bung Sabar selaku ketua HKZN membuat sajak dalam bahasa Tionghoa yang kira-kira kalau di alihkan ke bahasa Indonesia begini:
Lima belas tahun kita menerjang badai dan hujan,
Membentuk society kaidah dalam hati sanubari dipakukan;
Tiada sedikitpun penyesalan dengan segala pengabdian kesehatan,
Hati jernih, bertekad bulat melangkahkan kaki jauh kedepan!
Cobalah kita praktekan ajaran Budha, sebagaimana dikatakan Master Zheng Yan: “Hargailah kehidupan dengan tidak membeda-bedakan batas negara dan suku bangsa, curahkanlah kasih sayang universal sepanjang masa untuk membentangkan jalan kehidupan bagi orang yang menderita di dunia.” Master Guo kami juga pernah mengatakan: “Budha Gautama tidak berada di kuil, tapi berada ditengah-tengah masyarakat”, kemudian lanjutnya “Membaca alkitab lebih baik daripada sembahyang, sedang mempraktekkan ajaran Buddha lebih baik ketimbang membaca alkitab saja”. Dalam hatinya selalu bermakna “Semua jiwa rohani kembali keakar mereka”, “Cinta kasih yang luas tiada batas” inilah ketrampilan hidup alkitab suci. Dengan Dasar pemahaman ini, membuat kami semua makin teguh keyakinan dan pertahankan Pedoman Umum yang telah kami tetapkan sejak awal: “Tidak membedakan Agama, tidak membedakan Ras dan tidak membedakan klas”. Memberi teladan agar Pedoman Umum ini mendapatkan kesepakatan, pengertian dan dukungan segenap anggota dan masyarakat Hong Kong umumnya, bahkan lebih jauh diharapkan juga akan mempengaruhi masyarakat Indonesia. Demikian tegas bung Sabar.
Prinsip dasar pandangan yang dipegang teguh HKZN inilah, yang dipraktekkan dan diwujudkan dalam menjalin persahabatan, keharmonisan saat belajar bersama, bekerja bersama. Dan tentunya dengan jelas kita saksikan bersama termanifestasi juga dalam kelangsungan syukuran Tahun Baru Imlek tgl. 9 Februari kemarin ini. Tidak perlu saya mengajukan bagaimana laporan kerja tahunan HKZN yang disampaikan bung Lao, Sekjen HKZN. Akan lebih menarik tentunya acara penyampaian pengalaman keberhasilan beberapa siswa HKZN dan kesan Ibu Wu, majikan Rohanah Endrawati, salah seorang penyanyi dan penari saat itu.
Mbak Ana, Mugiana, menyampaikan kisah yang dialami hampir 10 tahun yl. tubuhnya begitu ringkih mengendap penyakit aneh, sekujur tubuh terasa sakit, pegel dan sangat lemas, … berobat kemana-mana tidak juga membawa hasil. Satu saat bertemu bung Lao di Causeway Bay, begitu bermula di pijet dan disuruh ikutan latihan Dong Yi Gong (baca: Tong Yi Kung — Olaraga kesehatan yang berdasarkan teori Pengobatan Ruang Tubuh).
Mugiana sedang menyampaikan kisah keberhasilan menguasai BSM yang dicapai.
Setelah beberapa bulan sembuh betul, mbak Ana jadi tertarik untuk mempelajari teori pengobatan BSM di HKZN. Begitulah sudah lebih 7 tahun dengan tekun mengikuti kursus-kursus yang dilangsungkan HKZN dan sekarang mbak Ana tergabung menjadi salah seorang tenaga pokok pengobatan HKZN, khususnya saat gerakan baksos, bakti sosial.
Ternyata mbak Ana tidak hanya berhasil dengan baik menguasai pengobatan BSM, nenek dari 2 cucu ini, selama hampir 10 tahun bekerja di Hongkong ini, juga berhasil menyekolahkan kedua putrinya sampai lulus jadi sarjana, … sedang di Bengkulu juga sudah memiliki tanah lebih 2 Ha luasnya, yang sekarang dikelola oleh mantunya menjadi perkebunan kelapa-sawit dan karet. Hanya saja, keberhasilan yang menggembirakan dan bisa dibanggakan itu, atau akibat begitu lama membanting-tulang di Hongkong, harus dia bayar dengan merelakan suaminya pada perempuan lain. “Dasar suami tidak tahu diuntung, sekarang baru tahu rasa tidak punya apa-apa dengan istri barunya!” umpat Ana dengan gemas.
Satu lagi yang tidak kalah menarik, keberhasilan yang tidak diceritakan dari mulut Rohanna sendiri, tapi oleh sang majikan, Ibu Wu (Marga Hu, yanga berbunyi Wu dalam Cantonese) yang ikut menghadiri acara Sukuran Tahun Baru Imlek. Ooouh, rupanya Rohanah tidak lagi bisa gunakan panggilan Anah sebagaimana lasimnya, karena salah seorang putri majikannya juga dipanggil Anna. Biar tidak membingungkan, nama Wati dari nama lengkap Rohanah Endrawati yang digunakan majikannya sehari-hari. Ternyata Wati sudah 10 tahun bekerja dengan majikan Wu ini. Dan, karena ke 5 anaknya sudah keluar rumah, berkeluarga, jadi masing-masing sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya sendiri, maka saya perlakukan Wati sebagai anak bungsu sendiri, sekarang Wati-lah anak saya yang hidup mendampingi dan ikut merawat saya sehari-hari. Demikian kata Ibu Wu, nenek dari 7 cucu yang berusia 75 tahun ini nampak jelas kesayangannya pada Wati.
Wati bersama Ibu Wu saat menyampaikan kesannya.
Begitulah setelah Wati mengikuti kursus latihan BSM di HKZN, beberapa tahun terakhir ini, tangan kanan majikan ibu Wu terasa sakit untuk digerakkan. Ketika sakit, tangan kanannya sudah tidak bisa terangkat melebihi 90derajat, apalagi diangkat kearah belakang, … tanpa ragu, ibu Wu bersedia dijadilah pasien Wati untuk prakek. Tentu Wati merasa senang, diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah dipelajari. Dengan penuh kasih sayang, selama beberapa tahun terakhir ini memijat Ibu Wu. Nah, sekarang ibu Wu didepan hadirin bisa mendomenstrasikan mengangkat kedua tangannya tanpa rasa sakit lagi. Wati berhasil menyembuhkan saya, tegasnya jujur!
Acara berikut, sekelompok TKW menyanyikan “Kita Sekeluarga”, lalu membacakan sajak “Pujaan Pada Guru”, yang digubah oleh Suprapti.
Puisi Guru
Gurulah yang memberiku ilmu
Gurulah yang menyemangatiku
Gurulah yang membimbingku
Tanpa ilmu aku takkan sukses
Tidak ada guru tidak ada pula ilmu
Terima kasih guru
Kaulah guru terhebat bagiku
Kaulah pahlawanku
Pahlawan tanpa tanda jasa
Jika suatu saat nanti aku sudah menjadi sepertimu ,
akan aku berikan ilmu yang kau berikan kepadaku,
untuk mereka dimana pun Dan sampai kapan pun
Guru, jasamu akan kukenang selalu…….
Sungguh cetusan hati yang sangat menyentuh dan mengharukan, … Berterimakasih pada guru-guru yang sepenuh hati menurunkan ilmunya. Lalu disusul dengan tarian Sumatra yang lemah gemulai, … dengan dadan dan busana tipikal Sumatra. Yang oleh bung Sabar dikatakan sangat mirip dengan suku bangsa Yun Nan di Tiongkok selatan. Karena memang ada kisah suku Thai, suku Melayu di Asia tenggara entah berapa ribu tahun yl berasal dari Yun Nan. Jadi kita-kita ini masih satu rumpun. Tidak salah dikatakan kita semua sekeluarga, …!
Dipuncak acara Syukuran Tahun Baru Imlek, tentunya dibuka dengan makan nasi tumpeng, dengan mempersilahkan lebih dahulu pada seorang tertua yang hadir ketika itu, bung Yang Ren Zai, salah seorang guru HKZN yang berjasa besar dalam ikut mengobati, menyembuhkan dan mengajar siswa-siswa HKZN.
Begitulah acara Syukuran Tahun Baru Imlek berakhir setelah kita semua makan kenyang dengan masakan khas Indonesia, dari nasi tumpeng, rawon, gado-gado dan juga tidak ketinggalan kue-kue ala Indonesia, lemper, kue lapis, … dan entah apalagi namanya itu.
馬年春節感恩活動 (ChanCT 2014.2.20./ 紅豆譯)
似以往, 今年我也被邀出席了香港智能保健學會舉行的馬年春節感恩團拜。2014.2.9星期日早上11時前我來到了該會在北角的會所。會場熱鬧非常, 所見很多是來自印尼的朋友們。她們是來港工作的印尼傭工, 當然也是香港智能保健學會的學員。其中不少人像節日般穿着穆斯林長袍, 顯示着她們善於把握在港争取到的學習機會, 以準備將來回國之後可擁有幫助鄉人的謀生之技。
前不久香港發生了引起公憤之虐傭事件, 導致原鄉Seragen的Erwiana嚴重受傷, 這件事令世界驚愕, 香港如此現代文明而被世人稱讚的國際都市, 竟然會出現對Erwiana毫無人性的邪惡行為! 但在香港智能保健學會這裡, 却讓我們看到十年來香港導師與印尼學員之間一直保持不變的親切、和諧、友誼和信任。他們每年都會一同慶祝春節, 一起舉辦感恩團拜。據悉, 這次感恩團拜活動經費完全由學員自籌, 盡力不添加該會經濟負擔, 此等覺悟非同小可。香港智能保健學會的會長朱兄說, 她們很棒 !
今年是香港智能保健學會成立15週年, 這15年裡該會傳「空間醫學」助人健康, 肯定遇到種種困難, 在遵循『修心﹑養性﹑積德﹑忘我』之師訓時, 朱會長曾做如此表示 :
風雨同舟十五年,
立會宗旨住心田;
傳愛人間永不悔,
心淨意堅邁步前!
如果用佛的教導, 正如證嚴法師說的『尊重生命不分國界、不分種族, 拉長情, 擴大愛, 為世間苦難的人鋪出一條生命的道路』。郭志辰老師也曾說過『佛菩薩不在廟裡, 在人間』;『唸經不如讀經, 讀經不如行經』;『萬靈歸根』『大愛無疆』。基於這共同信念, 令該團體能堅持當初立會的宗旨和理念, 『不分宗派, 不分種族, 不分階層』傳播這可救人及擁有健康的醫學知識並『造福全人類』, 他們的努力,希望可喚醒更多的港人加入其行列, 甚至影響到印尼社會。
香港智能保健學會堅守原則, 體現了種族融和, 建立友誼, 共同學習和一起合作奮鬥之種種, 在2月9日那一天全可證明。在此無需詳述劉華堅秘書的工作報告, 最引人之處是一位能歌擅舞印尼學員之僱主上台致詞分享。
一位叫Mugiana的學員講及困擾她10年之久的身體不適, 經學會秘書劉兄之幾個月按摩調理完全痊癒後被吸引加入學習「空間醫學」的隊伍。在會裡學習達七年之久, 現在成為「空間醫學」的擁護者。這位在港工作十年有兩個外孫的祖母級人物, 不單掌握到「空間醫學」的調理技巧, 在假日幫助同鄉找回健康時還得到族人給的紅包, 雖然老公移情別戀拋棄她, 而今終於實現自己的心願, 两個女兒完成大學教育, 又在Bengkulu買了两公頃地種上棕櫚和橡膠樹, 成為一個獨立堅強的女人。
另一個不比之為差的成功, 非由Rohanah自述, 而是由她的僱主胡女士娓娓道來。噢, 在這我們也許不能用Anah之稱呼, 因為胡女士有個女兒也叫Anah, 為了不叫錯, 胡女士叫Anah為Wati,這是來自Rohanah Endrawati之全名裡的一個發音。
胡女士有五個孩子已成家, 個個都忙於生計和照顧自己的孩子, 每天只有Wati在家陪伴和照料。這位75歲擁有7個孫的老奶奶說,她並沒有視Wati為傭人, 而視之為己出的孻女。大家都真切地感覺到胡女士對Wati的愛護之情。Wati以在該會學到的按摩法治好了胡女士的肩周炎, 發病之時痛到難於舉起九十度, 而現在可以靈活舉高揮動自如。胡女士說, 她很樂意作為Wati的治理對像來照顧自己的健康。胡女士的坦誠表白, 明確, 真實 !
是老師給了我知識
是老師給了我激勵
是老師給了我信心
沒知識我不可能成功
沒老師也就沒有知識
感謝您, 老師 !
老師, 您是我心中的高手
我心中的英雄,
英雄從不彰顯功績。
有朝一日我成為您一樣
將把您教我的知識
無時無刻也不分何處地傳授給他們。
老師.
您的付出我牢記心中
永遠, 永遠 !
印尼學員Suprapti帶領大家朗誦自寫很有韵律的印尼文詩句. 表達印尼學員發自內心對老師的讚頌動人肺腑。繼感謝老師傳授學問之詩歌朗誦, 有美妙動人的蘇門答臘島民族舞, 會長朱兄說她們的裝扮很似中國雲南的少數民族, 就好像中南半島的許多民族, 馬來族在幾千年前都是來自雲南。其實我們的祖先都源自中國, 如果說是一家人也是有道理的。
團拜聚會高潮是大家一同分享印尼美食, 東朋飯、黑牛腩湯、加多加多、印尼香茅雞卷飯糰、椰香千層糕和其他各式糕點。
(編者按 : 印尼研究學社前會長 ChanCT先生寫下他出席本會新春感恩團拜見聞經已圖文并茂登載www.glora45.com 在印尼的印尼文千島日報也刊登, 可見本會努力突破界限追求世界大同之心願正受到各界的重視和肯定)